Jamak sudah kita
ketahui, tentu dalam hal ini bagi pendemen tosan aji bahwa Badik adalah senjata
tradisional bagi masyarakat Bugis Makassar. Bagi orang Bugis lebih sering
disebut Kawali. Masyarakat Mandar juga memiliki senjata tradisional yang sama
dengan Badik, disebut Badik Mandar atau Kobi Jambia. Dalam keseharian masyrakat
Bugis, Badik sudah menjadi bagian tak terpisahkan saat melakukan aktifitas,
baik ketika dalam rumah maupun saat berada diluar rumah.
Maka kemudian tidak
mengherankan jika ada satu ungkapan dalam tradisi masyrakat Bugis, “Bukan
seorang laki–laki kalau tidak memiliki Badik. Jangan bercerai besi (senjata)
sebab besi itu adalah saudara kita”. Sederhananya, Badik bukan sekedar sebagai
senjata tikam, melainkan juga melambangkan status, pribadi dan karakter
pembawanya.
Kebiasaan membawa Badik
atau Kawali ini di kalangan masyarakat Bugis seringkali dihubungkan dengan
Pranata sosial yang disebut ’Siri’. Badik dalam kasus tertentu bisa menjadi
alat untuk menegakkan harga diri dan kehormatan keluarga. Bahkan, hingga kini
di daerah tertentu, kebiasaan membawa badik masih sering di jumpai, hal ini
bukan berarti masyarakat Bugis Makassar adalah masyarakat yang gemar berperang
atau suka mencari keributan. Tetapi lebih
kepada penekanan makna simbolik yang terdapat pada Badik atau Kawali tersebut.
Seperti halnya, Keris
Jawa secara umum, Badik pun bukan semata-mata untuk gagah-gagahan. Sama halnya
dengan Keris, Badik juga sarat akan makna jika dikaitkan dengan pamornya. Dalam
masyarat Bugis, bahkan ada tradisi membekali anak yang beranjak dewasa dengan
sebilah Badik yang disesuaikan dengan sifat pembawaan sang anak tersebut. Dalah
hal ini, termasuk dengan anak perempuan. Dalam masyarakat Bugis Makassar
dikenal juga yang namanya Badik Makkunrai (badik perempuan) untuk perempuan
tentunya, untuk menjaga diri dan kehormatannya.
Pentingnya kedudukan
Badik atau Kawali ini mendorong masyarakat Bugis Makassar mendapatkan badik
yang istimewa, dari segi teknik pembuatan, bahan baku, pamor maupun sisi’
(tuah) yang dipercaya dapat memberikan energi positif bagi siapa saja yang
memiliki atau membawanya. Demikianlah sekilas tentang Badik bagi masyarakt
Bugis secara umum. Sekarang kita telisik hal ihkwal tentang pamornya.
Bersamaan dengan
lahirnya kebudayaan metalurgi, khususnya pemakaian besi untuk senjata-senjata
pusaka. Sudah diakui dalam dunia tosan aji, dimana salah satu besi yang
dianggap bertuah dan paling dicari adalah besi Luwu (bessi Ussu).
Dalam dunia tosan aji,
khususnya dalam pembentukan pamor Keris (termasuk Badik) salah satu bagian
utamanya adalah besi Ussu dari Luwu yang banyak mengandung meteorit dan nikel. Sehingga
besi Luwu (Ussu) menjadi bahan pamor utama pembuatan dalam pembuatan keris,
dalam buku Ensiklopedi Keris disebutkan bahwa besi Luwu dipasaran dikenal
dengan nama Bessi Pamorro, sampai dengan tahun 1920 masih dijumpai di pasar
Salatiga dengan harga perkilo setara dengan 50 kg beras.
Mumpung sedang membahas
Badik yang notabene identitas Sulawesi. Nama Sulawesi ini juga telah menjadi
misteri tentang siapa yang pada awalnya memberikan nama pulau ini menjadi pulau
Sulawesi. Meski ada satu pendapat paling umum, yang memberikan nama pulau ini sebagai
Sulawesi M. Yamin sebagai ganti dari nama yang sebelumnya yaitu Celebes yang
dikenal pada zaman pemerintahan Hindia Belanda.
Nama Celebes sendiri pada
awalnya dikenalkan oleh seorang yang berkebangsaan Portugal yang bernama
Antonio Calvao pada tahun 1563. Celebes oleh Antonio Calvao dimaksudkan sebagai
”ternama” atau tanah yang makmur yang terletak digaris Khatulistiwa. Celebes
bagi orang Belanda menyebutnya dari kata Cele Besi yaitu Cele (Keris, Badik
atau Kawali)`yang dibuat dari Bessi`(Bugis).
Nah, dibawah ini adalah
jenis-jenis pamor yang sering dianggap istimewa dan paling dicari oleh para
kolektor dan pecinta pusaka Polobessi :
Batu Lappa, Uleng-Puleng, dan Ure' Tuo
Secara umum Bdik berpamor
Batu Lappa, Uleng-Puleng, dan Ure' Tuo adalah pamor yang terbentuk dan dihasilkan
dari bahan pamor dengan kandungan meteorit yang cukup tinggi. Bentuk dari Badik
pamor Batu Lappa, Uleng-Puleng, dan Ure' Tuo pada dasarnya dari bahan yang sama
dengan ciri kesamaan yaitu mengkilap menyerupai warna perak/nikel. Pembedanya adalah,
jika bentuknya berupa gumpalan-gumpalan besar atau melebar maka disebut Batu
Lappa'. Jika bentuknya berupa gumpalan-gumpalan kecil kira-kira sebesar biji
cabe maka disebut Uleng-Puleng. Kemudian jika bentuknya membentuk guratan-guratan
tipis memanjang maka disebut Ure' Tuo.
Tiga jenis pamor ini
dianggap paling istimewa dan paling banyak dicari karena kemunculan pamor ini
harus dari bahan pamor khusus. Bahan-bahan pamor yang biasa bagaimanapun tidak
akan bisa menghasilkan Batu Lappa, Uleng-Puleng, dan Ure' Tuo. Jadi dapat disimpulkan
bahwa ini adalah pamor hadiah aari alam. Berbeda dengan penyebutan pamor lain
yang seperti Daung Ase, Teppo Baja, Kuribojo, Dato-Dato misalnya, adalah jenis
pamor yang bisa dibentuk dari bahan pamor apa saja. Untuk Pamor Batu Lappa,
Uleng-Puleng, dan Ure' Tuor bahan pamor yang digunakan adalah harus dari bahan
dengan kandungan meteorit yang tinggi.
Sedikit tentang
meteorit, bahan pamor ini menurut penelitian adalah bahan pamor yang berasal dari
meteor (bintang jatuh). Sejak dahulu, orang-orang suku Bugis banyak yang
menggunakan gumpalan batu meteor ini sebagai azimat anti makhluk halus yang
jahat.
Karena kebiasaan ini
maka, Badik pusaka yang mempunyai pamor Batu Lappa, Uleng-Puleng, dan Ure' Tuo
dipercaya sebagai Badik yang sulit dihuni oleh khodam dari golongan hitam. Ini
adalah tuah atau makna pamor Batu Lappa, Uleng-Puleng, Dan Ure' Tuo secara
umum, tapi untuk secara khusus akan banyak lagi yang mempengaruhi berhubungan
dengan letak pamor Batu Lappa, Uleng-Puleng, dan Ure' Tuo. Sekilas saya
cuplikkan disini tentang letak pamor Batu Lappa, Uleng-Puleng, Dan Ure' Tuo
yang banyak dicari :
Batu Lappa/Uleng-Puleng Naokko' Panggulu (Batu Lappa' Digigit Hulu)
Artinya adalah
pamor Batu Lappa yang letaknya berada di pangkal, sebagian masuk kedalam
pesi/oting dan sebagiannya lagi keluar atau tampak di pangkal. Tuahnya dianggap
sebagai pamor Tenri Isseng Poadai Decenna (tidak bisa dibahasakan kebaikannya).
Batu Lappa/Uleng-Puleng di punggung bilah
Batu Lappa yang berada dipunggung bilah juga merupakan salah
satu pamor yang banyak dicari karena dipercaya sangat bagus tuahnya untuk
ke-rezekian. Terutama Batu Lappa yang letaknya dekat dengan pangkal
Batu Lappa/Uleng-Puleng diujung punggung Badik.
Jenis Batu Lappa/Uleng-Puleng yang
berada di ujung badik dengan catatan Batu Lappa/Uleng-Pulengnya juga ada di
sekitaran pangkal hingga ujung sering dijuluki La Uleng Tepu (Sang Bulan
Purnama). Konon, tuahnya adalah dipercaya barang siapa yang membawa pusaka ini
maka tidak akan melihat darah atau yang berdarah. Ini berarti sangat baik untuk
keselamatan. Konon juga, bagi yang memiliki jenis pusaka seperti ini, jangan
sampai menyimpan pusaka tersebut di dekat wanita yang akan bersalin karena niscaya
wanita tersebut akan susah bersalin.
Batu Lappa'/Uleng-puleng pada baja/mata pusaka.
Batu Lappa/Uleng-puleng yang berasa
pada baja/mata besi pusaka juga sangat dicari, tuahnya sangat bagus untuk
kewibawaan dan kepemimpinan.
Ure' Tuo yang berada di punggung bilah yang tidak terputus hingga ke ujung
Pamor jenis ini
juga sangat banyak dicari karena tuahnya sangat baik untuk kepemimpinan dan
kewibawaan, barang siapa yang memiliki pusaka ini maka kata-katanya akan selalu
dituruti oleh bawahannya.
Ure' Tuo yang tidak terputus dari pangkal hingga ke ujung bilah.
Pamor seperti ini juga
sangat dicari, karena tuahnya juga sangat baik untuk kerezekiaan dan
ketentraman hati.
Ure' Tuo yang menyebrang dari sisi satu ke sisi lainnya
Pamor seperti ini juga sangat banyak
dicari seperti halnya Badik Sambang/Gareno. Tuahnya juga sangat baik untuk
kerezekian, kewibawaan dan kepemimpinan. Beberapa orang mengatakan inilah
Datun-na Badik (rajanya Badik). Sisi’ dan pamor seperti diataslah yang banyak
dicari karena memang termasuk langka. Penyebab langkanya bukan karena sulitnya
dibuat saja, tapi karena bahannya yang sangat terbatas.
Kurissi Gamecca'
Pamor kurissi Gamecca'
adalah jenis pamor yang sangat Langka. Dahulu, pamor jenis ini hanya dibuat
pada saat terjadi prosesi pernikahan putera atau puteri raja atau bangsawan.
Motif pamor ini berbentuk anyaman bambu yang dalam bahasa Bugis disebut
Gamecca'. Pamor ini terbilang sangat sulit dibuat, dan menggunakan bahan pamor
yang lumayan banyak.
Sippa Sikadong, Massalo'/Mabbelesse, Bettu Cigerro', Sumpang Buaja, Mattellongi, Sumpang Salo'
Jenis pamor satu ini
bisa dikatakan sangat istimewa. Badik yang memiliki pamor seperti diatas atau
mungkin lebih banyak lagi sering disebut dengan Pamor Sukku' (Cukup). Tuahnya
adalah sangat bagus untuk kerezekian, cocok untuk para pedagang dan pebisnis.
Jika kesemua pamor diatas terdapat dalam 1 buah pusaka, maka dipercaya bahwa
pemiliknya akan dimudahkan segala urusan. Mulai dari soal rezeki, hinga urusan asmara. Pamor
Sukku' ini juga termasuk pamor yang sangat langka. Dahulu maharnya sering
menggunakan Tedong Siajoa (dua ekor kerbau jantan).
Pamor Sambang/Gareno
Jenis pamor Sambang (Makasar)
atau Gareno (Bugis) adalah jenis pamor yang pernah menjadi sangat langka. Penyebab
utamanya adalah karena teknik tempa pamor ini pernah hilang atau sempat tak
terwariskan. Periode tersebut diperkirakan antara tahun 50-an hingga tahun
80-an. Barulah setelah tahun 90-an keatas tehnik tempa sambang ini muncul lagi
dan itupun hanya diketahui oleh sedikit panre (mpu).
Pamor Mata Rakkapeng
Pamor mata Rakkapeng
ini juga termasuk pamor yang banyak diburu oleh para kolektor. Bentuknya berupa
1/2 bulatan/lingkaran (busur) pada mata/baja besi pusaka yang menampilkan warna
berbeda dari warna baja lainnya. Terkadang bentuk mata Rakkapeng ini bersusun
bak pelangi, meski ada yang runggal juga.
Alasan yang membuat
pamor ini banyak dicari karena tehnik pembuatannya yang tidak bisa dibuat oleh
sembarang panre dan sembarang bahan baja. Baja yang digunakan harus berkwalitas
terbaik, Disebut mata Rakkapeng karena menyerupai mata rakkapeng (alat kuno
untuk menuai padi) yang sering digunakan petani.
Jika rakkapeng ini
digunakan lama untuk memanen/memotong tangkai pada maka akan meninggalkan bekas
yang berbentuk 1/2 lingkaran pada baja rakkapeng ini. Dari sinilah sehingga
muncul penyebutan pamor Mata Rakkapeng. Tuahnya sangat baik untuk kecukupan pangan, karena padi
selalu di identikkan dengan simbol pangan.
Pamor Bonto Mate'ne
Pamor Bontomate'ne
adalah jenis pamor yang juga termasuk langka dan banyak dicari. Bentuk pamor
ini serupa dengan pamor dato-dato, hanya saja pada pamor bonto mate'ne pamor
dato-datonya timbul, serta terdapat ciri khas pada bagian timpa' laja' yang
bersusun antara besi baja dan pamor.
Pamor Bontoala'
Pamor Bontoala juga
merupakan salah satu jenis pamor Badik yang langka dan banyak dicari. Bentuk
pamor ini memiliki khas pada bentuk pamor menyerupai Balo Pakke' (Te'ba Jampu)
namun pamornya dibuat berlapis-lapis dan tipis. Badik Bontoala juga memiliki
ciri khas pada bentuk timpa laja. Dulu, badik seperti ini diperuntukkan untuk
kalangan ulama. Itulah beberapa jenis pamor yang saat ini sudah menjadi sangat
langka, dan paling banyak dicari oleh kolektor.
Demikian sobat
tentang pamor-pamor dari Badik. Tapi yang jelas, jika kita tilik dari
filosofinya. Apapun jenis badiknya, yang pasti Badik sejatinya adalah sebagai
media simbolik, ia hanya bisa tercabut atau dicabut untuk menjaga diri dan
kehormatan pemiliknya atau keluarganya, dan bukan alat untuk melakukan
kejahatan atau pengancaman.
Badik adalah pelengkap
dari Pappaseng (pesan-pesan leluhur yang baik) yang diwariskan kepada anak
cucunya sebagai pendamping untuk menegakkannya. Sejatinya, badik adalah untuk
menegakkan kebenaran dan menjaga kehormatan, lebih penting dari itu semua
adalah kematangan dan kearifan si pembawa Badik tersebut. Badik atau senjata
apapun bisa berguna di tangan yang benar dan bisa membawa bencana di tangan
yang salah.
sumber : akarasa.com
Secara umum Badik berpamor Batu
Lappa, Uleng-Pulen dan Ure’ Tuo adalah pamor yang terbentuk dan
dihasilkan dari bahan pamor dengan kandungan meteorit yang cukup tinggi.
Bentuk dari Badik pamor Batu Lappa, Uleng-Puleng dan Ure’ Tuo pada
dasarnya dari bahan yang sama dengan ciri kesamaan yaitu mengkilap
menyerupai warna perak/nikel. Pembedanya adalah, jika bentuknya berupa
gumpalan-gumpalan besar atau melebar maka disebut Batu Lappa’. Jika
bentuknya berupa gumpalan-gumpalan kecil kira-kira sebesar biji cabe
maka disebut Uleng-Puleng. Kemudian jika bentuknya membentuk
guratan-guratan tipis memanjang maka disebut Ure’ Tuo.
Tiga jenis pamor ini dianggap paling
istimewa dan paling banyak dicari karena kemunculan pamor ini harus dari
bahan pamor khusus. Bahan-bahan pamor yang biasa bagaimanapun tidak
akan bisa menghasilkan Batu Lappa, Uleng-Puleng dan Ure’ Tuo. Jadi dapat
disimpulkan bahwa ini adalah pamor hadiah dari alam. Berbeda dengan
penyebutan pamor lain yang seperti Daung Ase, Teppo Baja, Kuribojo,
Dato-Dato misalnya, adalah jenis pamor yang bisa dibentuk dari bahan
pamor apa saja. Untuk Pamor Batu Lappa, Uleng-Puleng dan Ure’ Tuor bahan
pamor yang digunakan adalah harus dari bahan dengan kandungan meteorit
yang tinggi.
Sedikit tentang meteorit, bahan pamor
ini menurut penelitian adalah bahan pamor yang berasal dari meteor
(bintang jatuh). Sejak dahulu, orang-orang suku Bugis banyak yang
menggunakan gumpalan batu meteor ini sebagai jimat anti makhluk halus
yang jahat. Karena kebiasaan ini maka, Badik pusaka yang mempunyai pamor
Batu Lappa, Uleng-Puleng, dan Ure’ Tuo dipercaya sebagai Badik yang
sulit dihuni oleh khodam dari golongan hitam.
sumber : akarasa.com