Cara Membuat Badik Beracun

Badik Pamor :
Cara Membuat Badik Beracun ternyata banyak dicari oleh berbagai kalangan. Sebab dijaman dahulu badik terkenal karena kadar racunnya yang sangat mematikan. Dari asal namanya, Sulawesi, berkaitan dengan Besi. Di zaman kerajaan, Luwu telah mengekspor bijih besi keberbagai daerah di nusantara. Sulawesi memang kaya dengan besi. Sehingga sangat wajar bila di Sulawesi, lahir badik dan parewa bessi lainnya (senjata dari besi) yang berkualitas. Ada badik/parewa bessi yang tidak terdeteksi detektor metal, ada yang tidak bisa ditangkap petugas, ada yang mampu meredupkan dan memadamkan lampu, ada yang bila bertemu lawan langsung bergerak sendiri dan sebagainya. 
Keunggulan besi dari Sulawesi setidaknya karena beberapa hal berikut :
 
1. Material
Besi Sulawesi mengandung meteorit dan nikel. Sehingga tingkat kekerasannya tinggi dan mausso. Ekspor besi dizaman kerajaan telah membuktikan bahwa memang besi dari Sulawesi (Luwu) memiliki kualitas nomor satu.
Jenis besi Malela, dianggap sangat berbisa (mausso) karena materialnya. Namun tidak berarti jenis besi lain tidak mausso. Dalam tradisi tutur ditemukan bahwa besi yang mausso hanya perlu sedikit menggores untuk mampu membunuh lawannya. Untuk menambah kadar mausso sebuah badik atau besi, digunakan hati dan empedu kadal (buccili) dan katak (tuppang).
2. Proses Penempaan
Besi ditempa menjadi badik dan parewa bessi lainnya. Prosesnya tidak sembarang. Sang Pandai Besi (Panre Bessi) mesti tahu jenis senjata dan sissik yang sesuai dengan penggunanya. Setelah pemilihan material dan mengetahui jenis senjata yang akan dibuat, maka dipilih hari yang baik untuk memulai penempaan. Selama proses penempaan, kondisi jiwa panre besi sangat berpengaruh terhadap kualitas badik atau parewa bessi yang dihasilkan
3. Pemasangan Badik/Parewa Bessi pada Gagang (Pamussa’)
Pemasangan bilah pada gagang disebut Pamussa’ atau Panetta’. Bilah badik/parewa bessi lain yang sudah selesai ditempa akan dipasang digagang supaya prosesnya sempurna. Bilah tidak asal dipasang di gagang. Ada niat, doa dan gau tertentu sebelum dipasang.
4. Bentuk Fisiologis dan Suke’
Badik dan Parewa bessi mesti menyatu dengan penggunanya pada sebuah pertarungan. Oleh karena itu, desain gagang mesti cocok dengan bentuk dan ukuran tangan pengguna. Demikian ukuran besi tersebut. Untuk kelewang/sudang/alameng/la’bo sepanjang lengan. Sehingga tidak terlalu ringan juga tidak terlalu berat. Untuk badik dan keris, ukuran umumnya adalah sejengkal. Sehingga tidak terlalu pendek dan tidak terlalu panjang.
Bentuk gagang pedang alameng/la’bo/sudang/sinangke sedemikian rupa. Sehingga saat diayun, memberikan kekuatan maksimal pada bagian ujung pedang.
Bentuk gagang keris dan badik sangat mantap untuk digengam. Sehingga kemungkinan terlepas dari pegangan bisa lebih kecil. Demikian pula tumpuan ditapak tangan selurus dengan bagian gagang yang bengkok (rekko) sehingga daya dorong dari tangan bisa dimaksimalkan ke ujung besi.
Badik jenis gecong memiliki keseimbangan, ditambah rekko pada gagangnya memaksimalkan genggaman penggunanya.
5. Pandai Besi (Panre Bessi)
Bagi orang Sulawesi, badik dan parewa bessi bukan sekedar barang yang terbuat dari besi. Tapi lebih dari itu. Badik/parewa bessi dianggap saudara. Sebab pada kondisi terburuk, hanya badik/parewa bessilah yang menemani orang Sulawesi hingga diakhir hayatnya pada sebuah pertarungan. Oleh karena itu, badik dan parewa bessi lainnya haruslah memiliki keunggulan. Faktor paling berpengaruh adalah pandai besi itu sendiri. Dengan kualitas spiritual sang pandai besi, bukan hanya mampu membuat badik/parewa bessi yang baik. Namun juga memiliki tuah tertentu.

Cara Membuat Badik Beracun
Biasanya konstruksi pada Badik memiliki garis-garis yang ada di badan senjata sehingga terlihat seperti guratan atau bercak-bercak. Hal ini karena dalam proses pembuatannya menggunakan berbagai macam campuran baja agar Badik memiliki daya tahan yang tinggi serta menghasilkan senjata yang sangat tajam dan tidak mudah patah. Selain itu, karena ditempa dengan panas yang tinggi sehingga terlihat seperti ada bekas lelehan.
Badik dikenal memiliki racun yang mematikan. Siapa saja yang kena sabetan pada kulit tubuh, maka bisa dipastikan akan terluka parah ataupun meninggal. Racun yang biasanya digunakan masyarakat Lampung yaitu Bacem Kodok. Cara membuat racun tersebut memang unik karena bahan racun diambil dari tubuh hewan Kodok.
Proses pembuatan racun Bacem Kodok yaitu dengan cara merendam Badik pada ember yang telah berisi air dan tubuh binatang kodok yang telah dikeluarkan isi perutnya. Proses perendaman memerlukan waktu sekitar 3 hari 3 malam. Setelah itu, Badik dijemur. Kemudian setelah kering, maka senjata ini sudah mengandung racun yang mematikan bagi manusia maupun binatang. Sedangkan untuk menghilangkan racun tersebut, yaitu Badik diletakkan di dalam bambu dan menguburnya di bawah tanah selama mungkin.

Dari berbagai sumber

Pamor dan Tuah Badik

Badik Pamor :
Anda mencari tahu sejarah Badik akhirnya menjadikan tulisan yang sedang kisanak baca ini. Sangat minim memang sumber untuk dijadikan referensi mengupas Pamor dan Tuah Badik. Semoga tulisan Pamor dan Tuah Badik ini cukup memberikan satu informasi yang bisa kita nikmati bersama.

Jamak sudah kita ketahui, tentu dalam hal ini bagi pendemen tosan aji bahwa Badik adalah senjata tradisional bagi masyarakat Bugis Makassar. Bagi orang Bugis lebih sering disebut Kawali. Masyarakat Mandar juga memiliki senjata tradisional yang sama dengan Badik, disebut Badik Mandar atau Kobi Jambia. Dalam keseharian masyrakat Bugis, Badik sudah menjadi bagian tak terpisahkan saat melakukan aktifitas, baik ketika dalam rumah maupun saat berada diluar rumah.

Maka kemudian tidak mengherankan jika ada satu ungkapan dalam tradisi masyrakat Bugis, “Bukan seorang laki–laki kalau tidak memiliki Badik. Jangan bercerai besi (senjata) sebab besi itu adalah saudara kita”. Sederhananya, Badik bukan sekedar sebagai senjata tikam, melainkan juga melambangkan status, pribadi dan karakter pembawanya.

Kebiasaan membawa Badik atau Kawali ini di kalangan masyarakat Bugis seringkali dihubungkan dengan Pranata sosial yang disebut ’Siri’. Badik dalam kasus tertentu bisa menjadi alat untuk menegakkan harga diri dan kehormatan keluarga. Bahkan, hingga kini di daerah tertentu, kebiasaan membawa badik masih sering di jumpai, hal ini bukan berarti masyarakat Bugis Makassar adalah masyarakat yang gemar berperang atau suka mencari keributan.  Tetapi lebih kepada penekanan makna simbolik yang terdapat pada Badik atau Kawali tersebut.

Seperti halnya, Keris Jawa secara umum, Badik pun bukan semata-mata untuk gagah-gagahan. Sama halnya dengan Keris, Badik juga sarat akan makna jika dikaitkan dengan pamornya. Dalam masyarat Bugis, bahkan ada tradisi membekali anak yang beranjak dewasa dengan sebilah Badik yang disesuaikan dengan sifat pembawaan sang anak tersebut. Dalah hal ini, termasuk dengan anak perempuan. Dalam masyarakat Bugis Makassar dikenal juga yang namanya Badik Makkunrai (badik perempuan) untuk perempuan tentunya, untuk menjaga diri dan kehormatannya.

Pentingnya kedudukan Badik atau Kawali ini mendorong masyarakat Bugis Makassar mendapatkan badik yang istimewa, dari segi teknik pembuatan, bahan baku, pamor maupun sisi’ (tuah) yang dipercaya dapat memberikan energi positif bagi siapa saja yang memiliki atau membawanya. Demikianlah sekilas tentang Badik bagi masyarakt Bugis secara umum. Sekarang kita telisik hal ihkwal tentang pamornya.

Bersamaan dengan lahirnya kebudayaan metalurgi, khususnya pemakaian besi untuk senjata-senjata pusaka. Sudah diakui dalam dunia tosan aji, dimana salah satu besi yang dianggap bertuah dan paling dicari adalah besi Luwu (bessi Ussu).

Dalam dunia tosan aji, khususnya dalam pembentukan pamor Keris (termasuk Badik) salah satu bagian utamanya adalah besi Ussu dari Luwu yang banyak mengandung meteorit dan nikel. Sehingga besi Luwu (Ussu) menjadi bahan pamor utama pembuatan dalam pembuatan keris, dalam buku Ensiklopedi Keris disebutkan bahwa besi Luwu dipasaran dikenal dengan nama Bessi Pamorro, sampai dengan tahun 1920 masih dijumpai di pasar Salatiga dengan harga perkilo setara dengan 50 kg beras.

Mumpung sedang membahas Badik yang notabene identitas Sulawesi. Nama Sulawesi ini juga telah menjadi misteri tentang siapa yang pada awalnya memberikan nama pulau ini menjadi pulau Sulawesi. Meski ada satu pendapat paling umum, yang memberikan nama pulau ini sebagai Sulawesi M. Yamin sebagai ganti dari nama yang sebelumnya yaitu Celebes yang dikenal pada zaman pemerintahan Hindia Belanda.

Nama Celebes sendiri pada awalnya dikenalkan oleh seorang yang berkebangsaan Portugal yang bernama Antonio Calvao pada tahun 1563. Celebes oleh Antonio Calvao dimaksudkan sebagai ”ternama” atau tanah yang makmur yang terletak digaris Khatulistiwa. Celebes bagi orang Belanda menyebutnya dari kata Cele Besi yaitu Cele (Keris, Badik atau Kawali)`yang dibuat dari Bessi`(Bugis).

Nah, dibawah ini adalah jenis-jenis pamor yang sering dianggap istimewa dan paling dicari oleh para kolektor dan pecinta pusaka Polobessi :
Batu Lappa, Uleng-Puleng, dan Ure' Tuo
Secara umum Bdik berpamor Batu Lappa, Uleng-Puleng, dan Ure' Tuo adalah pamor yang terbentuk dan dihasilkan dari bahan pamor dengan kandungan meteorit yang cukup tinggi. Bentuk dari Badik pamor Batu Lappa, Uleng-Puleng, dan Ure' Tuo pada dasarnya dari bahan yang sama dengan ciri kesamaan yaitu mengkilap menyerupai warna perak/nikel. Pembedanya adalah, jika bentuknya berupa gumpalan-gumpalan besar atau melebar maka disebut Batu Lappa'. Jika bentuknya berupa gumpalan-gumpalan kecil kira-kira sebesar biji cabe maka disebut Uleng-Puleng. Kemudian jika bentuknya membentuk guratan-guratan tipis memanjang maka disebut Ure' Tuo.

Tiga jenis pamor ini dianggap paling istimewa dan paling banyak dicari karena kemunculan pamor ini harus dari bahan pamor khusus. Bahan-bahan pamor yang biasa bagaimanapun tidak akan bisa menghasilkan Batu Lappa, Uleng-Puleng, dan Ure' Tuo. Jadi dapat disimpulkan bahwa ini adalah pamor hadiah aari alam. Berbeda dengan penyebutan pamor lain yang seperti Daung Ase, Teppo Baja, Kuribojo, Dato-Dato misalnya, adalah jenis pamor yang bisa dibentuk dari bahan pamor apa saja. Untuk Pamor Batu Lappa, Uleng-Puleng, dan Ure' Tuor bahan pamor yang digunakan adalah harus dari bahan dengan kandungan meteorit yang tinggi.

Sedikit tentang meteorit, bahan pamor ini menurut penelitian adalah bahan pamor yang berasal dari meteor (bintang jatuh). Sejak dahulu, orang-orang suku Bugis banyak yang menggunakan gumpalan batu meteor ini sebagai azimat anti makhluk halus yang jahat.

Karena kebiasaan ini maka, Badik pusaka yang mempunyai pamor Batu Lappa, Uleng-Puleng, dan Ure' Tuo dipercaya sebagai Badik yang sulit dihuni oleh khodam dari golongan hitam. Ini adalah tuah atau makna pamor Batu Lappa, Uleng-Puleng, Dan Ure' Tuo secara umum, tapi untuk secara khusus akan banyak lagi yang mempengaruhi berhubungan dengan letak pamor Batu Lappa, Uleng-Puleng, dan Ure' Tuo. Sekilas saya cuplikkan disini tentang letak pamor Batu Lappa, Uleng-Puleng, Dan Ure' Tuo yang  banyak dicari :
Batu Lappa/Uleng-Puleng Naokko' Panggulu (Batu Lappa' Digigit Hulu
Artinya adalah pamor Batu Lappa yang letaknya berada di pangkal, sebagian masuk kedalam pesi/oting dan sebagiannya lagi keluar atau tampak di pangkal. Tuahnya dianggap sebagai pamor Tenri Isseng Poadai Decenna (tidak bisa dibahasakan kebaikannya).
Batu Lappa/Uleng-Puleng di punggung bilah
Batu Lappa yang berada dipunggung bilah juga merupakan salah satu pamor yang banyak dicari karena dipercaya sangat bagus tuahnya untuk ke-rezekian. Terutama Batu Lappa yang letaknya dekat dengan pangkal
Batu Lappa/Uleng-Puleng diujung punggung Badik.
Jenis Batu Lappa/Uleng-Puleng yang berada di ujung badik dengan catatan Batu Lappa/Uleng-Pulengnya juga ada di sekitaran pangkal hingga ujung sering dijuluki La Uleng Tepu (Sang Bulan Purnama). Konon, tuahnya adalah dipercaya barang siapa yang membawa pusaka ini maka tidak akan melihat darah atau yang berdarah. Ini berarti sangat baik untuk keselamatan. Konon juga, bagi yang memiliki jenis pusaka seperti ini, jangan sampai menyimpan pusaka tersebut di dekat wanita yang akan bersalin karena niscaya wanita tersebut akan susah bersalin.
Batu Lappa'/Uleng-puleng pada baja/mata pusaka. 
Batu Lappa/Uleng-puleng yang berasa pada baja/mata besi pusaka juga sangat dicari, tuahnya sangat bagus untuk kewibawaan dan kepemimpinan.
Ure' Tuo yang berada di punggung bilah yang tidak terputus hingga ke ujun
Pamor jenis ini juga sangat banyak dicari karena tuahnya sangat baik untuk kepemimpinan dan kewibawaan, barang siapa yang memiliki pusaka ini maka kata-katanya akan selalu dituruti oleh bawahannya.
Ure' Tuo yang tidak terputus dari  pangkal  hingga ke ujung bilah. 
Pamor seperti ini juga sangat dicari, karena tuahnya juga sangat baik untuk kerezekiaan dan ketentraman hati.
Ure' Tuo yang menyebrang dari sisi satu ke sisi lainnya 
Pamor seperti ini juga sangat banyak dicari seperti halnya Badik Sambang/Gareno. Tuahnya juga sangat baik untuk kerezekian, kewibawaan dan kepemimpinan. Beberapa orang mengatakan inilah Datun-na Badik (rajanya Badik). Sisi’ dan pamor seperti diataslah yang banyak dicari karena memang termasuk langka. Penyebab langkanya bukan karena sulitnya dibuat saja, tapi karena bahannya yang sangat terbatas.
Kurissi Gamecca'
Pamor kurissi Gamecca' adalah jenis pamor yang sangat Langka. Dahulu, pamor jenis ini hanya dibuat pada saat terjadi prosesi pernikahan putera atau puteri raja atau bangsawan. Motif pamor ini berbentuk anyaman bambu yang dalam bahasa Bugis disebut Gamecca'. Pamor ini terbilang sangat sulit dibuat, dan menggunakan bahan pamor yang lumayan banyak.
Sippa Sikadong, Massalo'/Mabbelesse, Bettu Cigerro', Sumpang Buaja, Mattellongi, Sumpang Salo'
Jenis pamor satu ini bisa dikatakan sangat istimewa. Badik yang memiliki pamor seperti diatas atau mungkin lebih banyak lagi sering disebut dengan Pamor Sukku' (Cukup). Tuahnya adalah sangat bagus untuk kerezekian, cocok untuk para pedagang dan pebisnis. Jika kesemua pamor diatas terdapat dalam 1 buah pusaka, maka dipercaya bahwa pemiliknya akan dimudahkan segala urusan. Mulai  dari soal rezeki, hinga urusan asmara. Pamor Sukku' ini juga termasuk pamor yang sangat langka. Dahulu maharnya sering menggunakan Tedong Siajoa (dua ekor kerbau jantan).
Pamor Sambang/Gareno
Jenis pamor Sambang (Makasar) atau Gareno (Bugis) adalah jenis pamor yang pernah menjadi sangat langka. Penyebab utamanya adalah karena teknik tempa pamor ini pernah hilang atau sempat tak terwariskan. Periode tersebut diperkirakan antara tahun 50-an hingga tahun 80-an. Barulah setelah tahun 90-an keatas tehnik tempa sambang ini muncul lagi dan itupun hanya diketahui oleh sedikit panre (mpu).
Pamor Mata Rakkapeng
Pamor mata Rakkapeng ini juga termasuk pamor yang banyak diburu oleh para kolektor. Bentuknya berupa 1/2 bulatan/lingkaran (busur) pada mata/baja besi pusaka yang menampilkan warna berbeda dari warna baja lainnya. Terkadang bentuk mata Rakkapeng ini bersusun bak pelangi, meski ada yang runggal juga.

Alasan yang membuat pamor ini banyak dicari karena tehnik pembuatannya yang tidak bisa dibuat oleh sembarang panre dan sembarang bahan baja. Baja yang digunakan harus berkwalitas terbaik, Disebut mata Rakkapeng karena menyerupai mata rakkapeng (alat kuno untuk menuai padi) yang sering digunakan petani.

Jika rakkapeng ini digunakan lama untuk memanen/memotong tangkai pada maka akan meninggalkan bekas yang berbentuk 1/2 lingkaran pada baja rakkapeng ini. Dari sinilah sehingga muncul penyebutan pamor Mata Rakkapeng. Tuahnya sangat  baik untuk kecukupan pangan, karena padi selalu di identikkan dengan simbol pangan.
Pamor Bonto Mate'ne
Pamor Bontomate'ne adalah jenis pamor yang juga termasuk langka dan banyak dicari. Bentuk pamor ini serupa dengan pamor dato-dato, hanya saja pada pamor bonto mate'ne pamor dato-datonya timbul, serta terdapat ciri khas pada bagian timpa' laja' yang bersusun antara besi baja dan pamor.
Pamor Bontoala'
Pamor Bontoala juga merupakan salah satu jenis pamor Badik yang langka dan banyak dicari. Bentuk pamor ini memiliki khas pada bentuk pamor menyerupai Balo Pakke' (Te'ba Jampu) namun pamornya dibuat berlapis-lapis dan tipis. Badik Bontoala juga memiliki ciri khas pada bentuk timpa laja. Dulu, badik seperti ini diperuntukkan untuk kalangan ulama. Itulah beberapa jenis pamor yang saat ini sudah menjadi sangat langka, dan paling banyak dicari oleh kolektor.

Demikian sobat tentang pamor-pamor dari Badik. Tapi yang jelas, jika kita tilik dari filosofinya. Apapun jenis badiknya, yang pasti Badik sejatinya adalah sebagai media simbolik, ia hanya bisa tercabut atau dicabut untuk menjaga diri dan kehormatan pemiliknya atau keluarganya, dan bukan alat untuk melakukan kejahatan atau pengancaman.

Badik adalah pelengkap dari Pappaseng (pesan-pesan leluhur yang baik) yang diwariskan kepada anak cucunya sebagai pendamping untuk menegakkannya. Sejatinya, badik adalah untuk menegakkan kebenaran dan menjaga kehormatan, lebih penting dari itu semua adalah kematangan dan kearifan si pembawa Badik tersebut. Badik atau senjata apapun bisa berguna di tangan yang benar dan bisa membawa bencana di tangan yang salah.

Secara umum Badik berpamor Batu Lappa, Uleng-Pulen dan Ure’ Tuo adalah pamor yang terbentuk dan dihasilkan dari bahan pamor dengan kandungan meteorit yang cukup tinggi. Bentuk dari Badik pamor Batu Lappa, Uleng-Puleng dan Ure’ Tuo pada dasarnya dari bahan yang sama dengan ciri kesamaan yaitu mengkilap menyerupai warna perak/nikel. Pembedanya adalah, jika bentuknya berupa gumpalan-gumpalan besar atau melebar maka disebut Batu Lappa’. Jika bentuknya berupa gumpalan-gumpalan kecil kira-kira sebesar biji cabe maka disebut Uleng-Puleng. Kemudian jika bentuknya membentuk guratan-guratan tipis memanjang maka disebut Ure’ Tuo.
Tiga jenis pamor ini dianggap paling istimewa dan paling banyak dicari karena kemunculan pamor ini harus dari bahan pamor khusus. Bahan-bahan pamor yang biasa bagaimanapun tidak akan bisa menghasilkan Batu Lappa, Uleng-Puleng dan Ure’ Tuo. Jadi dapat disimpulkan bahwa ini adalah pamor hadiah dari alam. Berbeda dengan penyebutan pamor lain yang seperti Daung Ase, Teppo Baja, Kuribojo, Dato-Dato misalnya, adalah jenis pamor yang bisa dibentuk dari bahan pamor apa saja. Untuk Pamor Batu Lappa, Uleng-Puleng dan Ure’ Tuor bahan pamor yang digunakan adalah harus dari bahan dengan kandungan meteorit yang tinggi.
Sedikit tentang meteorit, bahan pamor ini menurut penelitian adalah bahan pamor yang berasal dari meteor (bintang jatuh). Sejak dahulu, orang-orang suku Bugis banyak yang menggunakan gumpalan batu meteor ini sebagai jimat anti makhluk halus yang jahat. Karena kebiasaan ini maka, Badik pusaka yang mempunyai pamor Batu Lappa, Uleng-Puleng, dan Ure’ Tuo dipercaya sebagai Badik yang sulit dihuni oleh khodam dari golongan hitam.


sumber :  akarasa.com

Makna Dalam Badik

Badik Pamor :
Dimata orang Bugis, Badik atau dalam bahasa bugis disebut Kawali bukan hanya sebagai senjata untuk membela diri, namun setiap jenis badik dipercaya memiliki makna kekuatan sakti (gaib). Kekuatan ini dapat mempengaruhi kondisi, keadaan, dan proses kehidupan pemiliknya. Sejalan dengan itu, terdapat kepercayaan bahwa badik juga mampu menimbulkan ketenangan, kedamaian, kesejahteraan dan kemakmuran ataupun kemelaratan, kemiskinan dan penderitaan bagi yang menyimpannya.

Sejak ratusan tahun silam, badik dipandang sebagai identitas diri dari suatu kelompok etnis atau kebudayaan. Kawali orang Bugis pada umumnya memiliki bessi atau bilah yang pipih, ujung runcing dan bentuk agak melebar pada bagian ujung, disamping itu ada juga kawali dari bessi pipih dan berbentuk lurus. Kawali pun memiliki bagian-bagian, seperti pangulu (hulu), bessi (bilah) dan wanua (sarung). Seperti pada senjata tradisional lainnya, kawali juga dipercaya memiliki kekuatan sakti, baik itu yang dapat membawa keberuntungan ataupun kesialan.

Kawali Lamalomo Sugi adalah jenis badik yang mempunyai motif  kaitan pada bilahnya dan dipercaya sebagai senjata yang dipercaya memiliki "Makna" dapat memberikan kekayaan bagi pemiliknya. Sedangkan, kawali Lataring Tellu yang mempunyai motif berupa tiga noktah dalam posisi tungku dipercaya memiliki "Makna" akan membawa keberuntungan bagi pemiliknya berupa tidak akan kekurangan makanan dan tidak akan mengalami duka nestapa. Itulah sebabnya, badik ini paling cocok digunakan bagi mereka yang berusaha di sektor pertanian.

Kawali Lade’ nateyai memiliki pamor berupa bulatan kecil pada bagian pangkal dan guratan berjajar pada bagian matanya. Badik ini dipercaya memiliki "Makna" dapat mendatangkan rezeki yang melimpah bagi pemiliknya. Badik ini memiliki kemiripan fungsi dengan Kawali Lakadang yang memiliki motif berbentuk gala pada pangkalnya.

Salah satu badik yang dipercaya sangat ideal adalah Kawali Lagemme’ Silampa yang memiliki motif berupa urat (ure‘) yang membujur dari pangkal ke ujung. Memiliki "Makna" badik tersebut senantiasa akan memberikan keselamatan dan kesejahteraan dalam kehidupannya bersama dengan segenap kaum kerabatnya. Sedangkan Kawali Lasabbara memiliki "Makna" untuk mendapatkan kesabaran.

Kawali Ilakkoajang adalah jenis badik yang dipercayai memiliki "Makna" sebagai senjata yang mampu mendatangkan wibawa serta derajat yang tinggi.Badik ini memiliki motif guratan di seluruh tubuhnya. Sementara itu, sedangkan badik yang memilki "makna" kemenangan dalam setiap pertarungan hendaknya memiliki Kawali Latenriwale. Badik yang memiliki motif berupa bulatan oval pada bagian ujungnya ini dipercaya dapat membangkitkan sifat pantang mundur bagi pemiliknya dalam setiap pertempuran.

Bila dipercaya terdapat badik yang mengandung kebaikan, demikian pun sebaliknya terdapat badik yang mengandung kesialan. Kawali Lasukku Ja’na adalah badik yang dianggap amat buruk. Bagi siapapun, Kawali Latemmewa merupakan badik yang sangat tidak baik, karena dipercaya badik ini tidak dapat menjaga wibawa dan kehormatan pemiliknya. Menurut kepercayaan, pemilik badik ini tidak akan melakukan perlawanan kendati ditampar oleh orang lain.

Sejalan dengan kepercayaan tersebut, terdapat Kawali Lamalomo Malaweng Tappi’enngi yang memiliki motif berupa guratan tanda panah pada bagian pangkalnya. Dipercaya, pemilik badik ini seringkali terlibat dalam perbuatan zina. Badik ini memiliki kepercayaan yang berlawanan dengan Kawali Lamalomo Rialawengeng. Konon kabarnya pemilik badik seperti ini seringkali istrinya melakukan perzinahan dengan lelaki lain.

Apapun kekuatan sakti yang dipercaya dikandung oleh sebuah badik, badik tetaplah sebuah benda budaya yang akan meningkatkan identitas diri seseorang, terutama bagi kaum lelaki. Seperti kata orang Bugis mengenai badik “Taniya ugi narekko de’na punnai kawali” (Bukan seorang Bugis jika tidak memiliki badik).

Badik/kawali bagi masyarakat Sulawesi Selatan mempunyai kedudukan yang tinggi. Badik/kawali bukan hanya berfungsi sekedar sebagai senjata tikam, melainkan juga melambangkan status, pribadi dan karakter pembawanya. Kebiasaan membawa Badik/kawali dikalangan masyarakat terutama suku bugis dan Makassar merupakan pemandangan yang lazim ditemui sampai saat ini. Kebiasaan tersebut bukanlah mencerminkan bahwa masyarakat Sulawesi Selatan khususnya suku bugis dan makassar adalah masyarakat yang gemar berperang atau suka mencari keributan melainkan lebih menekankan pada makna simbolik yang terdapat pada Badik/kawali tersebut.
Pentingnya kedudukan Badik/ kawali di kalangan masyarakat bugis dan makassar membuat masyarakat berusaha membuat/ mendapatkan badik yang istimewa baik dari segi pembuatan, bahan baku, pamor maupun sisi’ (tuah) yang dipercaya dapat memberikan energi positif bagi siapa saja yang memiliki atau membawanya. Tertarikkah anda memiliki badik yang indah dan memiliki daya mistis atau bertuah sehingga menjadi koleksi yang berharga sebagai pelestari senjata tradisional nusantara ini. Badik beragam macam bentuk dan fungsi, namun ini merupakan maha karya anak bangsa yang wajib kita jaga keberadaannya, sebab badik merupakan kekayaan budaya bangsa Indonesia.

sumber: chaldot-chaldot.blogspot.com

Badik Senjata Khas Sulawesi

Badik Pamor :
Badik Senjata Khas Sulawesi yakni seperti kalimat atau ewako adalah sebuah kata yang akrab di telinga masyarakat Sulawesi Selatan, khususnya masyarakat Bugis-Makassar....
Menurut Kamus Populer Inggris-Makassar Indonesia-Makassar, kata rewako merupakan terjemahan dari kata ‘berani’ dalam bahasa Indonesia, dan ‘brave’ dalam bahasa Inggris. Keberanian masyarakat Bugis-Makassar tergambar dalam semboyan pelaut Bugis-Makassar, yang juga menjadi petuah (pappasang) Bapak Gubernur Sulawesi Selatan, Syahrul Yasin Limpo:
Takunjunga bangunturu’ Takugunciri gulingku Kualleanna Tallanga Natoalia. Artinya: Tidak begitu saja aku ikut angin buritan. Aku akan putar kemudiku. Lebih baik aku tenggelam daripada balik haluan.

Mungkin kata-kata EWAKO ini memang cocok dengan senjata khas Sulawesi Selatan yang akan kita bahas yaitu "BADIK"
Badik atau badek adalah pisau dengan bentuk khas yang dikembangkan oleh masyarakat Bugis dan Makassar. Badik bersisi tajam tunggal atau ganda. Seperti keris, bentuknya asimetris dan bilahnya kerap kali dihiasi dengan pamor. Namun demikian, berbeda dari keris, badik tidak pernah memiliki ganja (penyangga bilah).
Badik ini merupakan senjata khas tradisonal Makassar, Bugis dan Mandar yang berada dikepulauan Sulawesi. Ukurannya yang pendek dan mudah dibawa kemana mana, tapi jangan salah lho kalau badik ini sudah keluar dari sarungnya pantang untuk dimasukkan sebelum meminum darah.
Maka biasanya senjata adat yang bernama Badik ini dahulu sering dipakai oleh kalangan petani untuk melindungi dirinya dari binatang melata dan atau membunuh hewan hutan yang mengganggu tanamannya. Selain itu karena orang bugis gemar merantau maka penyematan badik dipinggangnya membuat dia merasa terlindungi.
Badik memiliki bentuk dan sebutan yang berbeda-beda tergantung dari daerah mana ia berasal. Di Makassar badik dikenal dengan nama badik sari yang memiliki kale (bilah) yang pipih, batang (perut) buncit dan tajam serta cappa dan banong (sarung badik). Sementara itu badik Bugis disebut kawali, seperti kawali raja (Bone) dan kawali rangkong (Luwu). Kawali Bone terdiri dari bessi (bilah) yang pipih, bagian ujung agak melebar serta runcing. Sedangkan kawali Luwu terdiri dari bessi yang pipih dan berbentuk lurus. Kawali memiliki bagian bagian: Pangulu (ulu), bessi (bilah) dan wanoa (sarung)
Umumnya badik digunakan untuk membela diri dalam mempertahankan harga diri seseorang atau keluarga. Hal ini didasarkan pada budaya siri' dengan makna untuk mempertahankan martabat suatu keluarga. Konsep siri' ini sudah menyatu dalam tingkah laku, sistem sosial budaya dan cara berpikir masyarakat Bugis, Makassar dan Mandar di Sulawesi Selatan.
Selain dari pada itu ada pula badik yang berfungsi sebagai benda pusaka, seperti badik saroso yang memiliki nilai sejarah. Ada pula sebagian orang yang meyakini bahwa badik berguna sebagai azimat yang berpengaruh pada nilai baik dan buruk seseorang.

Macam-macam Badik

1. Badik Raja (gecong raja, bontoala)
Badik yang asalnya dari daerah kajuara kabupaten bone , dalam pembuatan badik ini, orang2 disekitar kajuara sana masih percaya jika badik raja dibuat oleh makhluk halus, ketika malam, terdengar suara palu bertalu-talu dalam lanraseng gaib sampai paginya masyarakat sana menemukan jadilah sebuah badik raja,, badik ini bilahnya aga” besar ukurannya 20-25 cm, menurut bang ray divo, Ciri-ciri badik raja hampir mirip dengan badik lampobattang, bentuk bilahnya agak membungkuk, dari hulu agak kecil kemudian melebar kemudian meruncing. Pada umumnya mempunyai pamor timpalaja atau mallasoancale di dekat hulunya. Bahan besi dan bajanya berkualitas tinggi serta mengandung meteorit yang menonjol dipermukaan, kalau kecil disebut uleng-puleng kalau besar
disebut batu-lappa dan kalau menyebar di seluruh permukaan seperti pasir disebut bunga pejje atau busa-uwae. Badik raja di masa lalu hanya digunakan oleh arung atau dikalangan bangsawan-bangsawan dikerajaan Bone.

2. Badik Lagecong
Badik lagecong,, Badik bugis satu ini dikenal sebagai badik perang, banyak orang mencarinya karna sangat begitu terkenal dengan mosonya (racunnya), banyak orang percaya bahwa semua alat perang akan tunduk pada badik gecong tersebut.
Ada dua versi , yang pertama ,Gecong di ambil nama dari nama sang pandre (empu) yang bernama la gecong, yang kedua diambil dari bahasa bugis gecong atau geco”, yang bisa diartikan sekali geco” (sentuh) langsung mati

Sampai saat ini banyak yang percaya kalau gecong yang asli adalah gecong yang terbuat dari daun nipah serta terapung di air dan melawan arus, wallahu alam, panjang gecong biasanya sejengkalan orang dewasa, pamor lonjo, bentuknya lebih pipih,tipis tapi kuat.

3. Badik Luwu
Badik luwu,, badik luwu yang berasal dari kabupaten luwu, bentuknya agak sedikit membungkuk, mabbukku tedong (bungkuk kerbau), bilahnya lurus dan meruncing kedepan,, badik bugis kadang diberikan pamor yang sangat indah, hingga kadang menjadi buruan para kolektor ..di bajanya terdapat rakkapeng atau sepuhan pada baja yang konon disepuh dengan bibir dan “maaf” alat kelamin gadis perawan sehingga konon tidak ada orang yang kebal dengan badik luwu ini.

4. Badik Lompo Battang (badik siperut besar/jantung pisang)
Badik lompo battang atau sari,, badik ini berasal dari Makassar, bentuknya seperti jantung pisang, ada jg yang bilang seperti orang hamil, makanya orang menyebutnya lompo battang (perut besar), konon katanya jika ada orang terkena badik ini, maka dia tidak akan bertahan dalam waktu 24 jam. Sebab Badik lompo battang ini jenis badik yang sangat berbahaya dan sangat beracun sehingga satu goresan saja bisa membuat orang mati.

5. Badik Modern (badik yang mengandalkan ketajaman)
Badik modern merupakan karya dijaman now yang menampilkan jenis badik mengandalkan ketajaman bilahnya dengan tampilan klasik. Badik modern jangan dianggap remeh sebab ketajaman seperti silet dan sangat kokoh serta kuat. Badik jenis ini berbahan baja atau besi D2 yang sudah terkenal ketangguhannya. Badik modern sangat berbahaya sebab dengan tingkat ketajaman yang luar biasa sehingga bisa digunakan untuk berbagai kebutuhan, baik kegiatan adventure atau outdoor bahkan sebagai alat beladiri yang mematikan.

Asal Usul Badik

Badik Pamor :
Bersamaan dengan lahirnya kebudayaan metalurgi khususnya pemakaian besi untuk senjata-senjata pusaka dan sebagainya.. dimana salah satu besi yang dianggap bertuah dan paling dicari adalah besi Luwu (bessi Ussu). ada beberapa versi mengenai hal tersebut, diantaranya adalah konon pembuatan keris atau senjata pusaka pada jaman itu adalah jenis senjata berpamor, yang mana bahan tersebut salah satunya adalah besi Ussu dari Luwu yang banyak mengandung meteorit dan nikel, sehingga besi Luwu (ussu) menjadi bahan pamor utama pembuatan dalam pembuatan keris, dalam buku Ensiklopedi Keris disebutkan bahwa besi Luwu dipasaran dikenal dengan nama Bessi Pamorro, sampai dengan tahun 1920 masih dijumpai di pasar Salatiga dengan harga perkilo setara dengan 50 kg beras.

Nama Sulawesi juga telah menjadi misteri tentang siapa yang pada awalnya memberikan nama pulau ini menjadi pulau Sulawesi. Akan tetapi besar dugaan bahwa orang yang bersejarah memberikan nama pulau ini sebagai Sulawesi yaitu Prof.Moh.Yamin sebagai ganti dari nama yang sebelumnya yaitu Celebes yang dikenal pada zaman pemerintahan Hindia Belanda. Sebenarnya nama Celebes pada awalnya dikenalkan oleh seorang yang berkebangsaan Portugal yang bernama Antonio Calvao pada tahun 1563 .Celebes oleh Antonio Calvao dimaksudkan sebagai ” ternama” atau tanah yang makmur yang terletak digaris Khatulistiwa. Celebes bagi orang Belanda menyebutnya dari kata Cele Besi yaitu Cele ( Keris,badik atau kawali)`yang dibuat dari Bessi`( Bugis).

Bagi masyarakat Sulawesi Selatan mempunyai kedudukan yang tinggi. Badik/kawali bukan hanya berfungsi sekedar sebagai senjata tikam, melainkan juga melambangkan status, pribadi dan karakter pembawanya. Kebiasaan membawa Badik/kawali dikalangan masyarakat terutama suku bugis dan Makassar merupakan pemandangan yang lazim ditemui sampai saat ini terutama di tanah Bone. Kebiasaan tersebut bukanlah mencerminkan bahwa masyarakat Sulawesi Selatan khususnya suku bugis dan makassar adalah masyarakat yang gemar berperang atau suka mencari keributan melainkan lebih menekankan pada makna simbolik yang terdapat pada Badik/kawali tersebut.

Pentingnya kedudukan Badik/kawali di kalangan masyarakat bugis dan makassar membuat masyarakat berusaha membuat/mendapatkan badik yang istimewa baik dari segi pembuatan, bahan baku, pamor maupun sisi’ (tuah) yang dipercaya dapat memberikan energi positif bagi siapa saja yang memiliki atau membawanya.

Badik/kawali yang dianggap istimewa dapat dilihat dari beberapa unsur, yakni:

A. Dari segi fisik Badik/kawali dapat dilihat:

1. Bahan bakunya terbuat dari besi dan baja pilihan biasanya mengandung meteorit dan ringan. Wilayah Sulawesi   Selatan sejak zaman dahulu terkenal dengan besi luwu yang berkualitas tinggi.
2. ragam pamor pada Badik/kawali lebih sederhana dari dari keris jawa biasanya terdiri dari jenis pamor kurrisi, lasoancale, parinring, bunga pejje, madaongase,kuribojo,tebajampu, timpalajja dan balopakki.

B. Badik dari segi sisi’(tuah)/mistik antara lain:

1. Uleng puleng dan battu lappa; sebenarnya merupakan kandungan meteorit. Bagi sebagian orang percaya Badik/kawali yang mempunyai ulengpuleng(kalau kecil)/battu lappa (kalau besar) akan membawa kebaikan pada pemiliknya baik berupa kemudakan rezki, karisma, maupun peningkatan karir. Posisi ulengpuleng/battulappa yang dicari adalah yang terletak dipunggung badik kira-kira berjarak 5 cm dari hulu/pangulu karena dipercaya akan memudahkan rezki dan karir. Badik/kawali yang memiliki ulengpuleng dan battulappa juga dipercaya dapat menghindari gangguan mahluk halus, sihir dan tolak bala.

2. Mabelesse ; adalah retakan diatan punggun Badik/kawali sehingga seakan-akan Badik/kawali tersebut akan terbelah dua. Badik seperti ini dipercaya akan memudahkan rezki bagi pemiliknya sehingga banyak dicari oleh yang berprofesi sebagai pedagang.

3. Sumpang buaja; sama seperti mabelesse Cuma retakannya pada bilah dekat ujung Badik/kawali. Tuahnya sama seperti mabelesse namun yang dicari yang letaknya pada bilah sebelah kanan dekat ujung Badik/kawali.

4. Ure tuo; adalah garis yang muncul pada bilah Badik/kawali. Yang dicari adalah yang tidak terputus-putus, kalau letaknya dipunggung Badik/kawali dan tidak terputus dari hulu sampai ujung tuahnya membuat sang pemilik disegani dan dituruti semua perkataannya, kalau melingkar ke atas dari bilah ke bilah sebelahnya seperti badik luwu sambang maka tuahnya untuk melindungi pemiliknya dari malapetaka dan kalau turun ke baja maka untuk memudahkan rezki.

5. Tolongeng; adalah lubang pada punggung Badik/kawali yang tembus ke bawah terletak dekat hulu/pangulu sehingga kalau dilihat seakan seperti teropong. Pada zaman dahulu sebelum berangkat perang biasanya panglima perang meneropong pasukannya melalui Badik/kawali tolongeng.

6. Sippa’sikadong; adalah retakan pada tengah bilah Badik/kawali dari punggung Badik/kawali. Tuahnya adalah membuat pemiliknya disenangi oleh siapa saja yang melihatnya. Pada zaman dahulu apabila ada seseorang akan melamar gadis, maka utusan dari laki-laki akan membawa Badik/kawali sippa’sikadong yang bertujuan agar memudahkan lamarannya diterima pihak perempuan.

7. Pamussa’; adalah upaya memperkuat daya magis Badik/kawali yang diletakan dalam hulu/pangulu Badik/kawali. Biasanya dengan menggunakan bahan-bahan tertentu tergantung akan digunakan untuk apa Badik/kawali yang akan di beri pamussa.

8. Pangulu; di kalangan masyarakat bugis Bone berkembang suatu keyakinan akan kemampuan yang dimiliki sebagian orang yang mampu membuat pihak lawan tidak mampu mencabut Badik/kawali ketika akan digunakan, ilmu ini dikenal dengan istilah pakuraga/pabinrung. Pangulu yang caredo (terbelah/atau memiliki mata) secara alami dipercaya mampu mengatasi orang yang memiliki ilmu tersebut.

Demikianlah tulisan kali ini mengenai Asal Usul Badik.

sumber: sulengka.com

Badik Antara Fakta Dan Mitos

Badik Pamor :
Badik, antara Fakta dan Mitos.
badik bugis, badik makassar, badik pamor, sejarah senjata tradisional badik, warangka badik, sarung badik, ragam badik, jenis badik, mitos badik,
Berbicara tentang suku Makassar yang bermukim di wilayah selatan Provinsi Sulawesi Selatan maka tak terlepas dari senjata khas yang disebut dengan badik oleh warga setempat. Badik sendiri memiliki beragam bentuk begitu pun dengan badik Makassar yang memiliki ciri tersendiri. Terlepas dari bentuk secara fisik, badik bagi masyarakat setempat juga memiliki masing-masing kekuatan tersendiri berdasarkan guratan pada besi yang disebut pamoro yang terdapat pada senjata khas tersebut. Badik Makassar sendiri terdiri dua jenis yakni Taeng dan Panjarungang. Hal ini Berdasarkan tempat dimana badik ini ditempa. Secara fisik antara Taeng dan Panjarungang tampak sama kecuali bagian bawah atau perut. Taeng memiliki ciri khas memiliki perut yang lebar atau mirip dengan perut buncit, sementara Panjarungang memiliki perut yang tidak terlalu buncit. "Kalau bicara badik Makassar maka cuma ada dua jenis yaitu Taeng dengan Panjarungang dan kedua jenis ini memiliki hubungan sejarah sehingga harus ditempa dari dua tempat yang berbeda," kata Muis Daeng Gading (70) salah seorang tetua yang bermukim di Lambaselo, Sungguminasa, Kabupaten Gowa.
Taeng sendiri merupakan nama sebuah kampung di mana badik ini secara awal mula ditempa dan diproduksi secara massal. Taeng saat ini berada di Desa Taeng, Kecamatan Pallangga, Kabupaten Gowa. Sementara Panjarungang saat ini adalah nama sebuah Dusun di Desa Massamaturu, Kecamatan Polongbangkeng Utara, Kabupaten Takalar. Konon badik Taeng dikenal ganas dan haus darah dan dikenal harus menyentuh darah jika dalam perkelahian badik Taeng ini terhunus dari sarungnya.
Dan yang mampu menjinakkan Taeng ini hanya Badik jenis Panjarungang. "Memang faktanya begitu yang bisa menjinakkan Taeng kalau mengamuk hanyalah Panjarungang," kata Nasir Daeng Limpo (57) salah seorang kolektor senjata pusaka di Kabupaten Gowa. Sementara bahan pembuatan Badik ini sendiri beragam tergantung dari usia senjata tersebut. Menurut penuturan beberapa warga awal mula pembuatan badik beragam ada yang berasal dari busa air yang dan ada pula yang terbuat dari batu. Dari kedua bahan ini dibuat badik oleh Pade'de atau empu yang memiliki kekuatan magis. Sehingga hasilnya badik tersebut memiliki keunggulan-keunggulan tersendiri. Di antaranya, menurut Nasir, beberapa warga masih ada yang memiliki badik yang bisa mengapung di air. "Badik yang mengapung itu dibuat dari busa air sungai makanya mengapung kalau diceburkan ke air tapi yang membuat ini adalah orang-orang terdahulu yang memiliki kekuatan magis," kata dia. Sementara badik zaman sekarang yang ditempa oleh pandai besi berbahan dasar besi. Meski demikian, setiap penempa besi masih sangat merahasiakan ramuan yang mereka larutkan saat menempa besi untuk dibuat badik. Menurut kepercayaan suku Makassar badik memiliki kegunaan atau khasiat yang diketahui dari corak arau guratan pada badik tersebut. Umumnya para petani menyukai badik yang memiliki guratan seperti daun padi yang disebut dengan "Pamoro Leko Ase". Sementara guratan yang paling digandrungi oleh kalangan pemuda adalah badik yang memiliki guratan yang saling berhadapan atau dikenal dengan "Pamoro Assikodoi" Pamoro Leko Ase dipercayai memiliki khasiat menyuburkan tanaman jika sang petani membawa badik tersebut saat menabur bibit atau menanam tanaman. Sementara Pamoro Assikodoi dipercaya mampu mengubah sikap bagi pemiliknya untuk berjiwa petarung namun enteng rezeki bahkan enteng jodoh. Meski demikian setiap badik dipercaya juga mampu membawa sial bagi pemiliknya jika badik tersebut tidak sesuai dengan ukuran pemiliknya.
Sementara Dwia Aries Tina Pulubuhu menyebutkan, bagi masyarakat Sulawesi Selatan badik adalah identitas diri bagi kaum pria dan mencabut badik dari sarungnya berarti tuannya telah siap mati dalam membela apa yang mereka anggap benar. "Badik adalah identitas kelelakian bagi suku Bugis - Makassar makanya zaman dulu kemanapun pergi maka badik tetap terselip dipinggang dan melucuti badik sama dengan melucuti identitas kelelakiannya namun demikian mencabut badik bukanlah sembarangan melainkan hanya untuk beberapa hal seperti menegakkan Siri' (hukum adat), bertahan jika diserang, melindungi harkat perempuan dan membela pemimpin atau pun negara," papar Rektor Universitas Hasanuddin (Unhas) ini.

Sumber: Kompas.com 

Sejarah Senjata Tradisional Badik

Badik Pamor :
Sejarah Senjata Tradisional Badik dan Jenisnya - Bugis Makassar
Pengertian Senjata Tradisional Badik dan Sejarahnya. Badik (badek) adalah pisau dengan bentuk khas yang dikembangkan oleh masyarakat Bugis dan Makassar. Badik bersisi tajam tunggal atau ganda, panjangnya ada yang mencapai sekitar setengah meter. Seperti keris, bentuknya asimetris dan bilahnya kerap kali dihiasi dengan pamor. Namun, berbeda dari keris, badik tidak pernah memiliki ganja (penyangga bilah). Badik ini tidak hanya terkenal di daerah Makassar saja, tetapi juga terdapat di daerah Bugis dan Mandar dengan nama dan bentuk berbeda.
Bugis Makassar memiliki pandangan bahwa setiap jenis badik memiliki kekuatan sakti (gaib) yang dapat memengaruhi kondisi, keadaan, dan proses kehidupan pemiliknya. Tidak hanya itu ada juga yang berpendapat bahwa badik juga mampu menimbulkan ketenangan, kedamaian, kesejahteraan dan kemakmuran ataupun kemelaratan, kemiskinan dan penderitaan bagi yang menyimpannya. Dahulu, badik dipergunakan bukan hanya sebagai senjata untuk membela diri dan berburu tetapi juga sebagai identitas diri dari suatu kelompok etnis atau kebudayaan.
Secara umum badik terdiri atas tiga bagian, yakni:
1. Hulu (gagang)
2. Bilah (besi)
3. Warangka atau sarung badik.

Disamping itu, terdapat pula pamor yang dipercaya dapat memengaruhi kehidupan pemiliknya.

Badik Makassar
Badik Makassar memiliki kale (bilah) yang pipih, battang (perut) buncit dan tajam serta cappa’ (ujung) yang runcing. Badik yang berbentuk seperti ini disebut Badik Sari.
Badik Sari terdiri atas bagian pangulu (gagang badik), sumpa’ kale (tubuh badik) dan banoang (sarung badik).
Lain Makassar lain pula Bugis, di daerah ini badik disebut dengan kawali, seperti Kawali Raja (Bone) dan Kawali Rongkong (Luwu).

Badik Bugis Luwu
Badik Bugis Kawali Bone memiliki bessi atau bilah yang pipih, ujung runcing dan bentuk agak melebar pada bagian ujung, sedangkan kawali Luwu memiliki bessi pipih dan berbentuk lurus. Kawali pun memiliki bagian-bagian, seperti pangulu (hulu), bessi (bilah) dan wanua (sarung). Seperti pada senjata tradisional lainnya, kawali juga dipercaya memiliki kekuatan sakti, baik itu yang dapat membawa keberuntungan ataupun kesialan.
Kawali Lamalomo Sugi adalah jenis badik yang mempunyai motif kaitan pada bilahnya dan dipercaya sebagai senjata yang akan memberikan kekayaan bagi pemiliknya. Sedangkan, kawali Lataring Tellu yang mempunyai motif berupa tiga noktah dalam posisi tungku dipercaya akan membawa keberuntungan bagi pemiliknya berupa tidak akan kekurangan makanan dan tidak akan mengalami duka nestapa. Itulah sebabnya, badik ini paling cocok digunakan bagi mereka yang berusaha di sektor pertanian.

Badik Kawali - Kul Buntet / Pusaran
Kawali Lade’ nateyai memiliki pamor berupa bulatan kecil pada bagian pangkal dan guratan berjajar pada bagian matanya. Badik ini dipercaya dapat mendatangkan rezeki yang melimpah bagi pemiliknya. Badik ini memiliki kemiripan fungsi dengan Kawali Lakadang yang memiliki motif berbentuk gala pada pangkalnya.
Salah satu badik yang dipercaya sangat ideal adalah Kawali Lagemme’ Silampa yang memiliki motif berupa urat yang membujur dari pangkal ke ujung. Dipercaya bahwa pemilik badik tersebut senantiasa akan mendapatkan keselamatan dan kesejahteraan dalam kehidupannya bersama dengan segenap kaum kerabatnya. Sedangkan untuk mendapatkan kesabaran, maka dipercaya harus memiliki Kawali Lasabbara.

Badik Uladeddu, Jenis badik bugis yang khas segeri
Kawali Ilakkoajang adalah jenis badik yang dipercayai sebagai senjata yang mampu mendatangkan wibawa serta derajat yang tinggi. Badik ini memiliki motif guratan di seluruh tubuhnya. Sementara itu, bagi yang menginginkan kemenangan dalam setiap pertarungan hendaknya memiliki Kawali Latenriwale.
Badik yang memiliki motif berupa bulatan oval pada bagian ujungnya ini dipercaya dapat membangkitkan sifat pantang mundur bagi pemiliknya dalam setiap pertempuran.
Bila dipercaya terdapat badik yang mengandung kebaikan, demikian pun sebaliknya terdapat badik yang mengandung kesialan. Kawali Lasukku Ja’na adalah badik yang dianggap amat buruk. Bagi siapapun, Kawali Latemmewa merupakan badik yang sangat tidak baik, karena dipercaya badik ini tidak dapat menjaga wibawa dan kehormatan pemiliknya.
Menurut kepercayaan, pemilik badik ini tidak akan melakukan perlawanan kendati ditampar oleh orang lain.
Sejalan dengan kepercayaan tersebut, terdapat Kawali Lamalomo Malaweng Tappi’enngi yang memiliki motif berupa guratan tanda panah pada bagian pangkalnya. Dipercaya, pemilik badik ini seringkali terlibat dalam perbuatan zina. Badik ini memiliki kepercayaan yang berlawanan dengan Kawali Lamalomo Rialawengeng. Konon kabarnya pemilik badik seperti ini seringkali istrinya melakukan perzinahan dengan lelaki lain.
Apapun kekuatan sakti yang dipercaya dikandung oleh sebuah badik, badik tetaplah sebuah benda budaya yang akan meningkatkan identitas diri seseorang, terutama bagi kaum lelaki.
Seperti kata orang Makassar mengenai badik:
“Teyai bura’ne punna tena ammallaki badik” (Bukan seorang lelaki jika tidak memiliki badik)
Begitupun dengan kata orang Bugis
“Taniya ugi narekko de’na punnai kawali" (Bukan seorang Bugis jika tidak memiliki badik).

Badik Raja (Gecong Raja, Bontoala)
Badik ini berasal dari daerah Kajuara kabupaten Bone. Proses pembuatan badik raja atau Bontoala dipercaya melibatkan mahluk halus sebangsa jin dalam proses penempaannya. Konon orang-orang di sekitar Kajuara suatu ketika mendengar suara tempaan besi dari dalam lanresang pada saat tengah malam. Dan ketika pagi hari tiba-tiba telah ditemukan sebilah badik beserta sarungnya di dalam lanserang tersebut. Tidak seorang pun pandai besi yang mampu badik serupa saat ini.
Bentuk fisik dari badik raha ini memiliki bilah yang relatif besar dengan ukuran 20 sampai 25 cm. Ray divo pengamat senjata tradisional memberikan komentar mengenai badik ini berupa bentuk yang mirip badik Lompobattang. Bentuk bilah yang sedikit membungkuk kemudian semakin ke ujung semakin lebar dan akhirnya meruncing kembali.
Pada badik ini terpasang pamor Timpalaja atau Mallasoan kale di dekat hulu dari badik ini. Bahan badik terbuat dari besi berkualitas tinggi dengan kandungan meteorit yang menonjol dipermukaan. Terdapat pola seperti arus panah hingga ke ujung badik. Pola ini dikenal dengan nama batu-lappa dan untuk pola yang lebih besar disebut dengan bunga pejje atau busa uwae. Motif ini identik dengan pasir yang melekat pada besi. Badik raja hanya digunakan oleh kalangan Arung di kalangan raja Bone.

Badik La Gecong
Badik La Gecong adalah badik dari suku bugis yang sangat terkenal di medan perang. Tidak satupun musuh yang terkena sabetan atau tikaman dari badik ini mampu bertahan untuk menceritakan kisahnya selamat dari tikaman Badik La Gecong.
Badik La Gecong terkenal ammoso, sejenis pamor yang ditanamkan ke dalam badik saat di tempa oleh empunya. Ketika lagecong telah tertancap di batang tubuh seseorang pamor ammoso akan menarik keinginan hidup korbannya. Selain itu konon pada masa perang seluruh senjata perang akan tunduk pada badik La Gecong ini.
Arti kata La Gecong sendiri masih menjadi misteri. Konon Gecong adalah badik yang di buat empunya yang bernama La Gecong tetapi ada jug ayang mengatakan bahwa La Gecong berasal dari kata Gecong atau Geco' yang berarti sekali tersentuh langsung mati.
La Gecong yang asli konon terbuat dari daun Nipa (Rumbia) sehingga ia akan terapung di atas air dan melawan arus. Panjang dari La Gecong berukuran sejengkal tangan orang dewasa. Pamor La Gecong adalah lonjo dengan bentuk pipih tapi sangat kuat.

Badik Luwu
Badik Luwu berasal dari daerah Luwu. Bentuk badik agak sedikit membungkuk yang dalam istilah Makassar dikenal dengan istilah mabbukku tedong. Bilahnya lurus dan runcing dibagian depan. Badik luwu diberi pamor yang sangat indah, hingga saat ini bading Luwu adalah incaran para kolektor benda pusaka.
Pada baja badik terdapat Rakkapeng atau sepuhan baja badik yang konon katanya sepuhan badik ini dibuat dari alat kelamin gadis perawan sehingga badik ini dibuat agar ilmu kebal dari sang lawan luntur dengan tikaman dari badik Luwu.

Badik Lompo Battang (badik siperut besar/jantung pisang)
Badik Lompo Battang secara harfiah diambil dari kata perut buncit atau besar. Dinamakan demikian karena bentuk dari tubuh badik ini menyerupai perut yang sangat buncit. Badik ini merupakan badik asli Makassar. Badik telah berusia 800 tahun yang telah ditempa ulang dari pusaka Berang Alameng atau Berang Sinangke.
Badik ini sendiri mengambil pamor dari bahan asalnya yakni tidak akan ada korban yang sanggup bertahan lebih dari satu hari ketika dikenai tikaman Badik ini.

Badik Taeng
Badik Taeng salah satu dari jenis badik yang sudah sepuh. Pamor dari badik berupa Kurissi membentuk sebuah pola dan motif La Metteteng dan La Madderung Manai.
Badik ini juga seperti pada umumnya badik sepuh yakni bahanya terbuat dari besi meteorit. Badik ini ditempa dengan menggunakan teknik Baja Gantung. Di badan badik ini terlihat seperi aliran proses pembuatan badik yang khas.

Cara Memegang Badik
Badik dipegang seperti memegang pistol hanya saja ini bukan senjata api. Badik dipegang dengan satu tangan dengan ke - empat jari (jari telunjuk, jari tengah, jari manis, dan jari kelingking) di bagian depan pegangannya dan jari jempol di bagian belakang pegangannya menyentuh jari telunjuk dan jari tengah.
Dengan cara memegang badik yang benar tentunya itu menjadi salah satu tehnik menggunakan badik itu sendiri menjadi senjata untuk beladiri yang sangat mematikan. Sebab tehnik menggunakan senjata tradisional tentunya berbeda caranya, hal ini perlu anda ketahui agar anda dengan maksimal dapat menggunakan senjata tradisional tersebut dengan baik dan benar. Tentu dengan hal tersebut menjadi suatu nilai kebanggaan tersendiri.

Dari berbagai sumber.